Tes Kognitif AJT

Penjelasan umum

Upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi prioritas di banyak negara, termasuk Indonesia. Peningkatan kualitas tersebut dapat dilakukan dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kapasitas kognitif individu, sehingga dapat dirumuskan strategi yang tepat guna mengatasi kelemahan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Salah satu alat yang berperan penting dalam mendukung upaya ini adalah tes kognitif. Di Indonesia, Tes Kognitif AJT merupakan tes inteligensi yang digunakan untuk mengukur potensi dan kemampuan kognitif anak, baik anak normal maupun anak berkebutuhan khusus. Hasil dari Tes Kognitif AJT akan memberikan data yang berguna bagi anak, orang tua, maupun guru untuk memahami kebutuhan anak secara lebih mendalam. Selanjutnya, dapat dirancang pendekatan pendidikan yang lebih personal dan efektif.

Tes Kognitif AJT mulai dikembangkan pada tahun 2013 dan kemudian diluncurkan pada tahun 2018, bekerja sama dengan Yayasan Dharma Bermakna dan dibimbing langsung oleh Dr. Kevin S. McGrew yang merupakan ahli teori CHC dan pengembang tes Woodcock Johnson III dan IV. Tes Kognitif AJT disusun berdasarkan teori Cattell-Horn-Carroll (CHC), yang merupakan salah satu teori kecerdasan paling komprehensif guna mengungkap potensi individu. Oleh karena itu, Tes Kognitif AJT merupakan salah satu tes kognitif paling komprehensif yang diadministrasikan secara individu. Tes Kognitif AJT dapat diadministrasikan untuk anak berusia berusia 5-18 tahun. Populasi normatif Tes Kognitif AJT melibatkan 4000 anak-anak dan remaja di Pulau Jawa (DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY Yogyakarta, dan Jawa Timur) melalui multistage random sampling. Tes Kognitif AJT mengidentifikasi profil kognitif siswa secara lebih terperinci serta memberikan informasi kemampuan kognitif individu berupa kemampuan umum (broad ability) dan kemampuan spesifik (narrow ability). 

Tes Kognitif AJT terdiri atas 28 subtes yang dirancang untuk mengukur 21 narrow ability yang berbeda, termasuk dua kemampuan psikomotor. Subtes dalam Tes Kognitif AJT tidak semua harus disajikan. Terdapat beberapa versi AJT yaitu versi ringkas (brief), versi skala lengkap (full scale), dan versi komprehensif (comprehensive scale). Tes Kognitif AJT versi ringkas (brief) merupakan tes versi pendek dan mampu memberikan gambaran umum mengenai kemampuan kognitif individu. Selanjutnya, Tes Kognitif AJT versi full scale mengukur 8 broad ability. Sementara itu, AJT versi komprehensif mengukur seluruh broad ability. Perbedaan versi komprehensif dengan versi yang lain yaitu setiap broad ability versi ini memuat dua kemampuan spesifik dan terdiri atas dua subtes untuk mengukurnya. Sementara itu, versi lain setiap kemampuan umum akan diukur dengan satu kemampuan spesifik. 

Keberadaan Tes Kognitif AJT tidak hanya memberikan manfaat secara personal saja, namun juga berdampak secara luas. Dalam konteks global, Tes Kognitif AJT mampu memainkan peranan penting dalam mendukung agenda besar seperti Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yaitu di bidang pendidikan. Salah satu tujuan SDGs yang relevan dengan pendidikan yaitu Tujuan 4 (Memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, serta mendorong kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua). Tes Kognitif AJT dapat berkontribusi pada pencapaian SDGs di bidang pendidikan melalui beberapa cara berikut:

  1. Mendukung Pendidikan yang Inklusif dan Setara: Tes Kognitif AJT membantu mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa dengan cara yang lebih personal. Siswa berkebutuhan khusus (secara terbatas), seperti siswa berbakat (gifted) atau siswa dengan kesulitan belajar tertentu, dapat diidentifikasi lebih dini. Oleh karena itu, strategi pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa, yang pada akhirnya mendorong tercapainya pendidikan yang lebih inklusif dan setara.
  2. Peningkatan Kualitas Pendidikan: Melalui profil kognitif yang dihasilkan oleh Tes Kognitif AJT, guru dapat merancang pembelajaran berbasis diferensiasi. Setiap siswa memiliki gaya belajar dan kecepatan pemahaman yang berbeda. Adanya pemahaman kekuatan dan kelemahan kognitif siswa, guru dapat memberikan materi yang lebih relevan dan strategi pembelajaran yang lebih efektif. Hal ini sejalan dengan tujuan SDGs untuk memastikan pendidikan yang berkualitas bagi seluruh individu.

  3. Peluang Belajar Sepanjang Hayat: Adanya profil kognitif individu, Tes Kognitif AJT mampu menciptakan fondasi yang kuat untuk pembelajaran berkelanjutan. Anak lebih mampu mengenali kekuatan dan kelemahannya sehingga dapat mengarahkan dirinya. Sementara itu, guru mampu memberikan pendampingan yang tepat dan mendukung perkembangan siswa di masa depan. 

  4. Mendukung Guru dalam Merancang Pembelajaran yang Efektif: Salah satu tantangan dalam pendidikan adalah bagaimana guru dapat merancang pembelajaran yang memenuhi kebutuhan semua siswa di kelas yang beragam. Adanya informasi dari Tes Kognitif AJT, guru dapat membuat rencana pembelajaran yang lebih terarah. Guru dapat mengidentifikasi siswa yang membutuhkan dukungan tambahan serta memberikan tantangan kepada siswa yang lebih unggul. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.

  5. Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Siswa: Tes Kognitif AJT memberikan pandangan yang lebih adil mengenai potensi siswa. Siswa dapat memahami bahwa setiap orang memiliki kekuatan kognitif yang berbeda. Hal ini mampu meningkatkan rasa percaya diri siswa, mengurangi stigma negatif, dan mendorong kesejahteraan psikologis siswa di lingkungan sekolah.

Perkembangan Kognitif Anak
Usia 5 - 17 tahun